Tuesday, February 18, 2014
Friday, February 14, 2014
Pengetahuan Dasar SAR AIR
Pengetahuan Dasar
Search And
Rescue
Oleh : Syaiful Bahri Syam
Kata Pengantar
Ada 6
menteri yang terlibat dalam Organisasi S A R Organisasi SAR Yang Dikenal Di
Indonesia : BASARI (Badan SAR Indonesia) : (Keuangan, Hankam, Dalam Negeri,
Luar Negeri, Sosial, dan Perhubungan) BASARNAS (Badan SAR Nasional) : di bawah
koordinasi Departemen Perhubungan.
KKR (Kantor
Koordinator Rescue) : ada dilokasi : Jakarta, Surabaya, Ujung Pandang, dan Biak
SKR (Sub Koordinasi Rescue) : ada didaerah : Medan, Padang, Tanjung Pinang,
Denpasar, Pontianak, Menado, Banjarmasin, Kupang, Ambon, Balikpapan, Sorong,
Merauke, Jayapura. Organisasi Operasi SAR SC (SAR Coordinator) : Biasanya
pejabat pemerintah yang mempunyai wewenang dalam penyediaan fasilitas. SMC (SAR
Mission Coordinator) : Harus orang yang mempunyai pengetahuan dan kemampuan
tinggi dalam menentukan MPP (Most Probable Position), menentukan area
pencarian, strategi pencarian (berapa unit, teknik dan fasilitas). OSC (On
Scene Commander) : Tidak mutlak ada, tapi juga bias lebih dari satu, tergantung
wilayah komunikasi dan kesulitan jangkauaanya. SRU (Search And Rescue Unit).
- Tugas SMC Menganalisa data yang masuk/diperoleh
agar : - menentukan datum (MPP / Most Probable Position) - menentukan
daerah pencarian - menentukan jumlah unsur yang dipakai - memperkirakan
berapa lama waktu operasi. Melakukan koordinasi dengan semua unsur yang
terlibat serta melayani hubungan.koordinasi (misalnya dengan
pejabat-pejabat, wartawan, dan lain-lain). Menyediakan fasilitas logistik
yang diperlukan SRU.
- Sistem SAR
a. Awareness Stage ( Tahap Kekewatiran )
Adalah kekewatiran bahwa suatu keadaan darurat diduga akan
muncul (saat disadarinya terjadi keadaan darurat/ musibah)
b. Initial Action Stage (Tahap Kesiagaan/ Preliminary
Mode) Adalah tahap seleksi informasi yang diterima, untuk segera
dianalisa dan ditetapkan bahwa berdasarkan informasi tersebut, maka keadaan
darurat saat itu diklasifikasikan sebagai :
1) INCERFA (Uncertainity Phase/ Fase meragukan) :
adalah suatu keadaan emergency yang ditunjukkan dengan adanya
keraguan mengenai keselamatan jiwa seseorang karena diketahui kemungkinan
mereka dalam menghadapi kesulitan.
2) ALERFA (Alert Phase/ Fase Mengkhawatirkan/ Siaga) :
adalah suatu keadaan emergency yang ditunjukkan dengan adanya kekewatiran
mengenai keselamatan jiwa seseorang karena adanya informasi yang jelas bahwa mereka
menghadapi kesulitan yang serius yang mengarah pada kesengsaraan
(distress).
3) DITRESFA (Ditress Phase/ Fase Darurat Bahaya) :
adalah suatu keadaan emergency yang ditunjukkan bila bantuan yang
cepat sudah dibutuhkan oleh seseorang yang tertimpa musibah karena telah
terjadi ancaman serius atau keadaan darurat bahaya. Berarti, dalam suatu
operasi SAR informasi musibah yang diterima bisa ditunjukkan tingkat keadaan
emergency dan dapat langsung pada tingkat Ditresfa yang banyak terjadi.
- Planning Stage (Tahap Perencanaan/ Confinement
Mode) Yaitu saat dilakukan suatu tindakan sebagai tanggapan
(respons) terhadap keadaan sebelumnya, antara lain :
a. Search Planning Event (tahap perencanaan pencarian).
*Search Planning Sequence (urutan perencanaan pencarian).
b. Degree of Search Planning (tingkatan perencanaan
pencarian).
c. Search Planning Computating (perhitungan perencanaan
pencarian).
- Operation Stage (Pertolongan)
Detection Mode/ Tracking Mode And Evacuation Mode, yaitu seperti dilakukan
operasi pencarian dan pertolongan serta penyelamatan korban secara fisik.
Tahap operasi meliputi :
a. Fasilitas SAR bergerak ke lokasi kejadian.
b. Melakukan pencarian dan mendeteksi tanda-tanda yang
ditemui yang diperkirakan ditinggalkan survivor (Detection Mode).
c. Mengikuti jejak atau tanda-tanda yang ditinggalkan
survivor (Tracking Mode).
d. Menolong/ menyelamatkan dan mengevakuasi korban
(Evacuation Mode), dalam hal ini memberi perawatan gawat darurat pada korban
yang membutuhkannya dan membawa korban yang cedera kepada perawatan yang
memuaskan (evakuasi).
e. Mengadakan briefing kepada SRU.
f. Mengirim/ memberangkatkan fasilitas SAR.
g. Melaksanakan operasi SAR di lokasi kejadian.
h. Melakukan penggantian/ penjadualan SRU dilokasi
Kejadian.
- Mission Conclusion Stage (Tahap Akhir Misi /
Evaluasi) Merupakan tahap akhir operasi SAR, meliputi
penarikan kembali SRU dari lapangan ke posko, penyiagaan kembali tim SAR
untuk menghadapi musibah selanjutnya yang sewaktu-waktu dapat terjadi,
evaluasi hasil kegiatan, mengadakan pemberitaan (Press Release) dan
menyerahkan jenasah korban, survivor kepada yang berhak serta
mengembalikan SRU pada instansi induk masing-masing dan pada kelompok
masyarakat.
- Pola-pola Pencarian Ada 8 kelompok utama pola
pencarian, sebagai berikut :
a. track line
b. parallel
c. creeping line
d. square
e. sector
f. contour
g. flare
h. homing
- Pola-pola pencarian yang sering dilakukan pada
misi SAR darat (khususnya di Indonesia) adalah track line, parallel, dan
contour. Untuk menamakan sesuatu pada pencarian SAR. Biasanya digunakan
dengan huruf-huruf awal yang terdiri dari 3 huruf. Huruf 1 : Pola
pencarian yang digunakan, misalnya T (track line), P (parallel) Huruf 2 :
Unit yang terlibat, misalnya : S (single unit), M (multi unit). Huruf 3 :
Keterangan pelengkap, misalnya : C = coordinated (dengan koordinasi) atau
circle (melingkari) R = radar (digunakan untuk pengendalian) atau return
to starting point N = Non return (tidak perlu kembali ke titik awal) L =
Loran line (sesuai garis loran)
- Pencarian dengan pola garis lintasan (track line)
digunakan : Bila seseorang dinyatakan hilang pada jalur perjalanan yang
direncanakan dan tidak diketahui data-data lain, berarti jalur
perjalanan/garis lintasan merupakan satu-satunya data. Untuk usaha
pencarian secara fisik yang pertama kali dapat dilakukan misalnya meminta
bantuan pada pesawat komersil yang kebetulan melintas jalur tersebut. Pola
track line dikenal 4 jenis : TSR (track line, single unit, return) TMR
(track line, multi unit, return) TSN (track line, single unit, non return)
TMN (track line, multi unit, non return)
- Pencarian dengan pola parallel (sejajar
memanjang/melingkar), digunakan :
a. Bila daerah pencarian cukup luas dan medannya relatif
datar.
b. Hanya diketahui posisi duga fari sasaran yang dicari.
Dikenal 9 bentuk :
1) PS (parallel track, single unit)
2) PM parallel track, multi unit)
3) PMR (parallel track, multi unit, return)
4) PMN (parallel track, multi unit, non return)
5) PSC (parallel track, singe unit, circle)
6) PMC (parallel track, multi unit, circle)
7) PSS (parallel track, single unit, spiral)
8) PSL (parallel track, single unit, loran)
9) PSA (parallel track, single unit, arc)
- Pencapaian dengan pola contour digunakan untuk
daerah yang bergunung dan berbukit. Syarat : - Anggota SRU harus
berpengalaman, mempunyai kondisi dan daya tahan tinggi. - Briefing harus
baik, dengan peta yang cukup luas. - Keadaan cuaca harus baik, termasuk
visibility (jangkauan pandang) dan keadaan anginnya.
MATERI S A R A I R
No
|
Materi/Sub Materi/Waktu
|
Silabus
|
Sasaran
|
1
|
PENGENALAN
ALAT S A R AIR
|
Perahu Karet Raft Slalom dan L C R
|
Paham
|
60 menit
|
Pelampung
|
Paham
|
|
Dayung dan Mesin
|
Paham
|
||
2
|
SWIMMING
|
Active Swimming
|
Paham
|
60 menit
|
Defensive Swimming
|
Paham
|
|
3
|
PENGGUNAAN
P K
|
Raft Slalom ( D P M S )
|
Paham
|
90 menit
|
Landing Craft Rubber ( L C R )
|
Paham
|
|
4
|
PEMAHAMAN
ARUS
|
Stopper
|
Paham
|
45 menit
|
Eddies
|
Paham
|
|
Hole dan Celah
|
Paham
|
||
5
|
PPGD dan
EVAKUASI
|
Pengertian dan Prioritas Evakuasi
|
Mengerti
|
Evakuasi Korban Banjir dan Tenggelam
|
Mengerti
|
||
60 menit
|
Pertolongan Gawat Darurat
|
||
Resusitasi Jantung Paru
|
Paham
|
||
Nafas Buatan dan Trauma
|
Paham
|
||
Hypothermia
|
Paham
|
||
Pembalutan dan Bidai
|
Paham
|
||
6
|
TEKNIK S A R
|
Tracking
|
Paham
|
45 menit
|
Sweeping
|
Paham
|
|
7
|
SIMULASI
|
Mencari Korban Tenggelam
|
Paham
|
180 menit
|
Evakuasi Korban Tenggelam
|
Paham
|
TEKNIK
EVAKUASI DI AIR
(WATER
RESCUE)
A. TUJUAN
INSTRUKSIONAL :
1.
Menjelaskan
kemampuan yang harus dimiliki petugas penyelamat.
2.
Menjelaskan
faktor-faktor yang mempengaruhi terhadap kegiatan pertolongan di air.
3.
Menjelaskan
bahaya-bahaya di air.
4.
Menjelaskan
metode pertolongan di air.
5.
Melakukan
pertolongan di air.
6.
Menjelaskan
teknik self rescue.
7.
Melakukan
self rescue dengan life jacket dan tanpa life jacket.
8.
Menjelaskan
teknik bertahan dan melepaskan diri saat memberikan pertolongan.
9.
Dapat
melakukan pertolongan dengan carry.
B.
Pertolongan di Air (Water Rescue)
1.
Kemampuan
yang harus dimiliki seorang rescue adalah:
a.
Mampu
berenang dengan baik
b.
Pengendalian
perahu / boat.
c.
Teknik
pertolongan
d.
MFR(Medical
First Responder)
e.
Pengetahuan
f.
Keahlian/
Keterampilan dan pengalaman
g.
Kondisi
fisik sehat
2.
Faktor-faktor
yang berpengaruh terhadap kegiatan pertolongan di air adalah:
a.
Pertimbangkan
kemampuan.
b.
Pengetahuan.
c.
Keahlian.
d.
Kesiapan
fisik
e.
Faktor-faktor
yang berpengaruh terhadap kegiatan dan pertolongan Rescuer ( mental dan fisik
)
C.
METODE PERTOLONGAN DI AIR
Pengertian :
Tahapan atau urutan untuk memudahkan
para penolong mengingat apa dan bagaimana ketika menghadapi kecelakaan di
air.
1
|
R
|
=
|
Reach
(Pertolongan yang dilakukan dari / pinggir kolam / dermaga dengan cara meraih
korban karena posisinya dipinggir atau dengan menggunakan alat sepeti galah,
kayu, dan lain-lain)
|
2
|
T
|
=
|
Throw
(Lanjutan dari metode reach dimana pertolongan dengan cara melempar alat
apung dan penolong berada pada daerah aman)
|
3
|
R
|
=
|
Row
(Pertolongan yang dilakukan jika kedua langkah diatas sudah tidak dapat
dilakukan, maka penolong harus mendekat kearah korban dengan menggunakan
kapal kecil untuk mendekat ke korban lalu melakukan reach / throw)
|
4
|
G
|
=
|
Go (Pilihan
terakhir yang harus dilakukan karena tidak tersedianya peralatan yang
digunakan untuk mendekat dan posisi korban jauh atau tempat yang tidak
memungkinkan untuk menggunakan perahu)
|
5
|
T
|
=
|
Tow / Carry
(Paling beresiko tinggi bagi penolong, karena harus langsung kontak dengan
korban)
|
Dalam melakukan pertolongan, kecepatan bukanlah
segalanya. Ketepatan yang di dasari oleh keselamatan adalah unsur yang harus
diutamakan. Satu hal yang perlu diingat, menolong korban di air tidak perlu
menjadi basah. Prinsip utamanya adalah menolong dengan teknik se-aman mungkin
bagi penolong.
Berikut di bawah ini beberapa teknik menolong orang di
air dari mulai yang paling aman :
1. Raih
Ini adalah teknik yang paling aman sehingga dapat
dilakukan oleh yang tidak bisa renang sekalipun. Dengan cara menggunakan
tongkat sehingga dapat mencapai korban dan menariknya ke tepi.
Kelemahan : Hanya dapat menggapai korban yang berada di dekat
tepi air.
Perhatian : Jika tarikan korban/arus air terlalu kuat sehingga
anda merasa tertarik ke arah air, maka lepaskanlah tongkat tadi. INGAT
keselamatan diri anda yang paling utama.
2. Lempar
Jika tidak dapat menemukan tongkat yang cukup panjang
untuk mencapai korban, maka carilah bahan yang bisa mengapung (ringbuoy,
jerigen dll), bisa juga menggunakan tali. Lemparkan bahan tadi ke arah korban.
Jika anda berada di kolam renang umum, maka gunakanlah ringbuoy (ban pelampung)
yang ada di tepi kolam.
Teknik : Panggil korban terlebih dahulu sebelum melempar. Hal
ini berfungsi supaya korban melihat benda dan arah lemparan kita.
mengkombinasikan pelampung dengan tali sangat berfungsi saat lemparan kita
tidak tepat.
Kelemahan : Kadang lemparan kita tidak pas pada korban, sehingga
sering kali pelampung yang kita lempar menjadi sia-sia.
Perhatian : Kadang lemparan terlalu dekat sehingga kita
terpancing untuk mengambil pelampung itu kembali. tindakan ini sangat
membahayakan kita terutama bagi yang tidak bisa renang. Lebih baik cari
pelampung yang lain untuk dilempar. Tali lempar, tidak boleh diikatkan di tubuh
penolong, karena akan membahayakan bila arus sangat deras atau tarikan korban
terlalu kuat.
3. Dayung
Jika anda sedang di perahu (terutama jenis kano/kayak)
berhati-hatilah saat mendekati korban. Kekuatan korban saat panik sangat
berbahaya dan dapat membalikkan perahu yang anda tumpangi.
Teknik : Dekati korban dari ujung yang berlawanan dengan
tempat kita duduk. Hal ini dimaksudkan apabila perahu terbalik, posisi kita
agak jauh dari korban sehingga mengurangi resiko tertangkap korban.
Perhatian : Jika anda menggunakan perahu kecil, anda tidak bisa
berenang dan tidak menggunakan jaket pelampung, maka lebih baik tidak berusaha
untuk mendekati korban.
4. Renang
Berenang mendekati korban adalah pilihan terakhir jika
cara lain tidak memungkinkan untuk dilakukan.
Teknik : dibahas lebih lanjut
Kelemahan : sangat berbahaya bagi penolong
Perhatian : Pastikan kemampuan renang anda baik, Jangan renang
jika kondisi air berarus (sungai arus deras, banjir bandang).
Sering kita
melihat di serial TV “Baywatch”, adegan seorang penjaga pantai menolong
korban yang hampir tenggelam, ketika didekati si korban langsung diam dan
terlihat tenang saat ditolong. Namun faktanya tidak demikian. Tidak semua
korban akan tenang saat ditolong, bahkan sebagian besar korban akan tetap panik
saat ditolong. Kepanikan korban tersebut dapat membahayakan penolong yang
mencoba untuk mendekatinya.
Pengetahuan kita tentang karakteristik korban yang
sedang tenggelam akan sangat menentukan teknik yang dipilih saat melakukan
pertolongan. Tentunya disesuaikan dengan karakteristik korbannya.
Secara umum, korban yang sedang tenggelam di bagi
menjadi 4 tipe :
1. Bukan seorang perenang (non swimmer)
Pada tipe ini, korban memiliki karakteristik
a. Posisi badan terlihat tegak lurus dengan permukaan air
(vertikal)
b. Gerakan kasar dan cenderung tidak berpola
c. Wajah terlihat sangat panik
d. Arah tatapan tidak jelas
e. Hanya fokus untuk mengambil napas Saat ditolong
f. Mungkin akan berusaha untuk meraih penolong
g. Tidak dapat mengikuti perintah atau tidak dapat
komunikasi
h. Selalu ingin dalam posisi vertikal, sehingga cenderung
panik jika ditolong dalam keadaan horisontal
i.
Selalu
berusaha kepala dan dada berada di atas permukaan airYang di perhatikan
penolong
j.
Korban tipe
ini sangat berbahaya bagi penolong
k. Sebisa mungkin hindari pertolongan dengan menggunakan
teknik contact rescue /tow
2. Perenang yang cidera
a. Posisi badan mungkin terlihat agak aneh tergantung
dari bagian tubuh yang cidera
b. Gerakan terbatas disebabkan oleh cidera
c. Wajah terlihat cemas, bahkan mungkin terlihat
kesakitan
d. Bisa terjadi panikSaat ditolong
e. Mungkin tidak merespon perintah karena lebih fokus
terhadap rasa sakitnya
f. Berusaha mempertahankan posisi karena biasanya
memegangi area yang cidera yang diperhatikan penolong
g. Kemungkinan akan membawa korban dalam posisi yang agak
aneh (sesuai cideranya)
h. Perhatikan cidera yang dialami
.
3.
Perenang
yang kelelahan
Pada tipe ini, korban memiliki karakteristik
a. Terlihat pola kayuhan yang lemah
b. Posisi badan biasanya membentuk sudut dengan permukaan
air
c. Wajah memandang ke tepian atau perahu yang di dekatnya
d. kepala kadang tidak terlihat
e. dapat melambai untuk meminta bantuan
f. Wajah mungkin terlihat lelah atau cemas Saat ditolong
g. Merespon perintah penolong dengan baik
h. Kooperatif saat ditawarkan bantuan
i.
Bisa di
topang dalam keadaan terlentang Yang diperhatikan penolong
k. Lebih mudah untuk ditolong
Pada tipe ini, korban memiliki karakteristik
a. Terlihat tidak bergerak
b. Mungkin hanya terlihat sebagian punggung
c. Mungkin hanya terlihat puncak kepala saja
d. Wajah biasanya menghadap ke dasar Saat ditolong
e. Tidak kooperatif
f. Mungkin akan cukup sulit untuk melakukan manuver
terhadap tubuh korban Yang diperhatikan penolong
g. Buoyancy korban
sangat bervariasi
h. Membutuhkan pertolongan dengan teknik contact
rescue
i.
Perhatikan
pernapasan korban, jika tidak bernapas lakukan sesegera mungkin bantuan napas
j.
Penggunaan
alat bantu apung (pelampung) akan sangat membantu dalam pemberian napas
k. Kadang terjadi keadaan yang disebut pasif – aktif,
yaitu keadaan dimana korban terlihat pasif (tidak bergerak) namun saat di
sentuh berubah menjadi aktif. Ini sangat membahayakan penolong. Oleh karena itu
lakukan teknik mendekati korban dengan benar.
.
Selain karakteristik korban tadi, juga diperlukan
kemampuan untuk memperkirakan buoyancy dari korban dengan melihat postur
tubuh terutama saat melakukan contact tow. Korban yang gemuk
cenderung akan mudah mengapung, namun akan lebih berat saat menariknya ke tepi.
Sebaliknya korban yang kurus cenderung akan mudah tenggelam, namun akan lebih
ringan saat menariknya ke tepi.
Ketrampilan pertolongan di air merupakan bagian dari
keselamatan di air. Artinya jika anda ingin mempelajari pertolongan di air,
anda wajib memahami terlebih dahulu keselamatan di air.
Seorang penolong harus dibekali dengan beberapa
keahlian dasar
- Keselamatan di air. Meliputi kemampuan mengenal potensi bahaya dan
bagaimana mengatasinya
- Memahami teknik pertolongan. Mulai dari yang paling aman sampai yang
beresiko tinggi.
- Renang.
Kemampuan renang sangat dibutuhkan jika contact rescue adalah
pilihan satu-satunya
- Resusitasi Jantung Paru (RJP / CPR).
Keahlian ini akan sangat dibutuhkan mengatasi kasus henti napas dan
jantung yang sering terjadi pada korban tenggelam
- Pertolongan Pertama / First Aid.
Terutama untuk cidera-cidera yang sering terjadi di perairan.
G. APA YANG HARUS KITA LAKUKAN BILA MELIHAT KECELAKAAN DI
AIR ?
- Pastikan keselamatan anda terlebih dahulu.
Abaikan orang lain jika anda sendiri sedang dalam posisi yang membahayakan
diri anda
- Pastikan keselamatan orang-orang di sekitar anda
- Perhatikan potensi bahaya susulan yang mungkin bisa
menimpa anda atau orang-orang di sekitar anda
- Kenali karakteristik korban yang
akan anda tolong
- Lakukan pertolongan menggunakan teknik pertolongan yang
paling aman dan efektif .
- Jika terjadi terdapat banyak korban, tolonglah
yang terdekat dan termudah terlebih dahulu
- Setelah korban di tepi, lakukan pertolongan
sesuai dengan cidera yang terjadi
- Selimuti korban untuk mencegah hipothermia
- Segera bawa korban ke pelayanan medis terdekat.
Penanganan lebih lanjut mungkin saja diperlukan.
Pada artikel sebelumnya tentang penanganan kram kita sudah
membahas tentang definisi, penyebab, pencegahan dan penanganan kram. Namun
timbul pertanyaan baru, bagaimana apabila kram tersebut terjadi pada saat kita
sedang renang di air yang dalam ?
Kram memang bukan sebuah masalah besar jika kita
berada di darat, tapi bila kita sedang di air yang dalam maka kram akan
mengancam jiwa kita. Penyebab utama tenggelamnya seorang perenang akibat kram
adalah kegagalan dalam mencegah terjadinya panik.
Sering kita lihat ketika perenang mengalami kram, dia
akan langsung berusaha ke tepi, sehingga akan terlihat gerakan yang tidak
teratur dan laju renangnya pun lambat. Gerakan yang tidak teratur ini
disebabkan oleh rasa sakit dan kepanikan perenang. Jika di kolam renang,
langsung berusaha ke tepi sesaat terjadi kram mungkin menjadi solusi yang
bagus, namun bila open water (danau, sungai, laut) jelas ini bukan
solusi yang baik.
Penanganan kram di darat maupun di air sebenarnya
memiliki prinsip yang sama yaitu lakukan peregangan . Langkah-langkah yang
harus dilakukan saat terjadi kram adalah :
- Bersikap tenang dan jangan berusaha ke tepi
- Tarik napas dalam dan tahan
- Lakukan peregangan dan pemijatan pada otot yang
kram
- Jangan lakukan gerakan apapun kecuali peregangan
(walaupun badan kita tenggelam)
- Tarik napas lagi, kemudian lakukan peregangan
lagi
- Ulangi sampai nyerinya reda
- Setelah reda barulah berenang ke tepi, usahakan
tidak menggunakan otot yang tadi kram
- Setelah di tepi lakukan kembali peregangan sampai
otot terasa nyaman
Ada dua posisi utama untuk peregangan di air (untuk
otot-otot di ekstremitas bawah), yaitu :
- Posisi 1 : Tekuk lutut ke arah dada, dan tarik
jari kaki dan telapak kaki ke arah punggung kaki. Posisi ini untuk
mengatasi kram pada otot betis dan otot paha bagian belakang
- Posisi 2 : Tekuk paha ke belakang, tekuk lutut,
tarik jari kaki dan punggung kaki ke arah telapak kaki. Posisi ini untuk
mengatasi kram pada otot punggung kaki dan otot paha bagian depan
Latihlah teknik penanganan kram di air ini, karena
pada saat terjadi kram yang kita butuhkan adalah gerakan spontan tanpa
berfikir, sehingga dapat terhindar dari panik.
Dalam olah raga renang, sering kita mengalami kejang
otot atau yang sering kita sebut kram (cramp). Oleh sebab itu
pengetahuan tentang prinsip penanganan kram adalah wajib bagi seorang perenang,
karena masih sering kita jumpai kesalahan dalam penanganannya.
1. Apakah itu kram ?
Kram adalah kejang (spasm) otot yang bersifat
mendadak dan terasa sangat sakit. Kram dapat disebabkan oleh banyak hal, antara
lain :
a. Otot yang kelelahan
b. Penggunaan otot yang berlebihan
c. Kurangnya elektrolit tubuh (Ca dan K) karena keluar
melalui keringat
d. Penumpukan asam laktat ( hasil metabolisme di otot)
e. Terganggunya oksigenisasi jaringan otot
f. Terganggunya sirkulasi darah ke jaringan otot
2. Pada perenang kram sering
terjadi di :
a. Otot tungkai bawah bagian belakang (otot betis)
b. Otot punggung kaki –> biasanya terjadi karena
gerakan yang tidak sempurna saat renang menggunakan fin (sepatu katak)
c. Otot tungkai atas (paha) bagian depan maupun belakang.
3. Penanganan
Prinsip dasar penanganan kram adalah meregangkan otot
berlawanan dengan arah kejang. Ditambah dengan pijatan pada otot yang kram
untuk membantu pelemasan otot sehingga sirkulasi oksigen, elektrolit dan zat
metabolik menjadi lancar.
Peregangan otot yang kram dilakukan secara perlahan,
jika sakit jangan di kendurkan tapi pertahankan posisi. Jika nyeri hilang
tambah lagi peregangannya. Lakukan sampai nyeri hilang.
Contoh posisi penanganan :
a. Otot betis : luruskan lutut , tekan telapak kaki ke
arah punggung kaki. Lakukan pemijatan pada otot betis
b. Otot punggung kaki : tekan punggung kaki dan jari kaki
ke arah telapak kaki (sehingga seperti penari balet). Lakukan pemijatan pada
otot punggung kaki
c. Otot Paha belakang : luruskan lutut, angkat tungkai
bawah dan lakukan pemijatan
d. Otot paha depan : tekuk lutut dan lakukan pemijatan
4. Pencegahan
b. Tidur cukup
c. Cukup minum sebelum, saat dan setelah olah raga, jika
perlu yang mengandung elektrolit (mis. oralit)
J.
LANGKAH MENGHADAPI KEADAAN DARURAT
1.
Waktu,
adalah sangat penting dalam keadaan darurat, semakin dini mengenali tanda orang
akan tenggelam, semakin besar kesempatan untuk menyelamatkannya.
2.
Kenali,
Penilaian dan menentukan langkah selanjutnya dengan memperhatikan kondisi
sekitar.
3.
Tindakan
4.
Berbicara
dengan korban.
5.
Lakukan
reach dan throw kemudian row.
6.
Tindak
Lanjut
K.
SELF RESCUE
Pengertian
:
Usaha mempertahankan diri dengan
kemampuan sendiri dan sarana yang ada disekitarnya hingga bantuan datang.
1.
Self
Rescue : Tidak menggunakan life jacket.
2.
Self
Rescue : Dengan menggunakan life jacket.
3.
Posisi
Help : Mengurangi suhu tubuh yang keluar.
4.
Posisi
Hundle : Mengurangi suhu tubuh yang keluar
tapi secara berkelompok.
5.
Kram : Cara mengatasinya.
L.
DEFENDS AND RELEASE
Pengertian
:
Defends and release adalah cara
bertahan dan melepaskan diri saat melakukan pertolongan yang mana
korban langsung kontak (memegang anggota badan penolong). 4
(empat) Teknik Defends yaitu :
1.
Teknik
defends Duck Away.
2. Menghalangi dengan kaki (leg
block).
3. Menghalangi dengan tangan (arm
block)
4. Elbow lift (mengangkat siku).
Teknik
Release terdiri dari 7 (tujuh) cara, yaitu :
1. Double Grasp On One Arm 1
2. Double Grasp On Arm
3. Front Head Hold 1
4. Rear Head Hold 2
5. Front Head Hold 3
6. Rear Head Hold 1
7.
Front
Head Hold 2.
M.
TEKNIK PERTOLONGAN DENGAN CARRY
Pengertian :
Carry adalah teknik membawa korban
dengan kontak langsung sehingga menambah resiko penolong. Metode ini
digunakan, ketika :
1.
Tidak
tersedia kapal atau alat bantu lain untuk mendekat.
2.
Kapal
ada tetapi tidak bisa mengemudikan.
3.
Metode
Reach, Throw, Row tidak bisa dilaksanakan.
4.
Bila
sudah dekat, komunikasi dengan korban.
Subscribe to:
Posts (Atom)